MASA PENJAJAHAN DI INDONESIA
Latar Belakang Awal Mula Penjajahan
Bangsa-bangsa Eropa dahulu (ketika jaman kejayaan kerajaan Romawi) melakukan perdagangan di Konstantinopel (sekarang Istanbul Turki). Akibat kerajaan Romawi runtuh maka Konstantinopel beralih ke Turki Usmani. Akibatnya kebijakan Turki menutup Konstantinopel dari pedagang Eropa. Akhirnya menyebabkan Bangsa Eropa sulit mendapatkan rempah-rempah dari Asia.
|
Peta Konstatinopel Dahulu |
Akibat ditutupkan Konstatinopel mendorong negara-negara Eropa melakukan penjelajahan samudra untuk langsung ke pusat rempah-rempah seperti Indonesia.
Faktor Pendorong penjelajahan bangsa Eropa:
- Jatuhnya Kontantinopel, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki
- Semangat 3G (Gold: emas, Glory: kejayaan,
dan Gospel: penyebaran agama Nasrani)
- Kemajuan dibidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terutama pada Teknologi
Pembuatan Kapal dan Navigasi (ditemukannya kompas)
Penjajahan Portugis
Bangsa Portugis adalah bangsa pertama yang menjajah Indonesia. Portugis mencapai Malaka tahun 1511
di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka,
dan selanjutnya memasuki wilayah Nusantara.
|
Alfonso d’Albuquerque |
Dari Malaka di
bawah pimpinan d’Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku dan diterima
baik oleh Sultan Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore.
Portugis berhasil mendirikan benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan
rempah-rempah. Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di
Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya
yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis ini tidak hanya memusatkan
kegiatannya di Indonesia bagian timur (Maluku), tetapi juga ke Indonesia bagian
barat (Pajajaran). Pada tahun 1522 Portugis datang ke Pajajaran di bawah pimpinan
Henry Leme dan disambut baik oleh Pajajaran dengan maksud agar Portugis mau
membantu dalam menghadapi ekspansi Demak. Selain mengadakan monopoli
perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama
Kristen (Katolik) dengan tokohnya yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis
ini tidak hanya memusatkan kegiatannya di Indonesia bagian timur (Maluku), tetapi
juga ke Indonesia bagian barat (Pajajaran).
Penjajahan Spayol
Kedatangan bangsa Portugis sampai di
Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa
Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah
pimpinan Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521
telah sampai di Pulau Cebu. Rombongan Magelhaen
diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu
Cebu sedang bermusuhan dengan Mactan.
Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar mahal
Spanyol sebab dalam peperangan ini Magelhaen
terbunuh.
Dengan meninggalnya Magelhaen, ekspedisi
bangsa Spanyol di bawah pimpinan Sebastian del
Cano melanjutkan usahanya untuk menemukan
daerah asal rempah-rempah. Dengan melewati
Kepulauan Cagayan dan Mindanao akhirnya sampai
di Maluku (1521). Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore
yang saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis, Sebaliknya, kedatangan Spanyol
di Maluku bagi Portugis merupakan pelanggaran atas “hak monopoli”. Oleh karena
itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol. Sebelum terjadi perang besar,
akhirnya diadakan Perjanjian Saragosa (22 April 1529) yang isinya sebagai
berikut:
a. Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan memusatkan kegiatannya di Filipina.
b. Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.
Penjajahan BelandaPada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan
empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya
menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika – Tanjung
Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten. Belanda harus menempuh rute
melalui Samudera Hindia dan tepian barat pulau Sumatera hingga akhirnya
sampai Selat Sunda dikarenakan pada saat itu Selat Malaka yang merupakan
jalur perdagangan dikuasi oleh Portugis.
Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad
(1580–1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman (1596), pada
mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk
berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehinggaorang
Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda
meneruskan perjalanan ke Timur akhirnya sampai di Bali. Kejadian tersebut
menyebabkan adanya ekspedisi berikutnya yang dipimpin oleh Jacob van Neck
(1598) dan mendapat sambutan yang baik dari kerajaan Banten. Satu hal
berbeda dari pelayaran yang dilakukan oleh Portugis adalah Belanda mendirikan
satu titik kekuasaan di Pulau Jawa.
|
Lambang VOC |
Pada tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama Vereenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC) dengan tujuan agar tidak terjadi persaingan
sesama pedagang Belanda, untuk mengumpulkan modal yang besar guna bersaing dengan kongsi dagang lainnya. VOC dibekali dengan Hak Istimewa
yang dikenal dengan nama Hak Ooctroi, antara lain:
1) Hak monopoli perdagangan
2) Hak mencetak mata uang
3) Hak mendirikan benteng
4) Hak membentuk pasukan
5) Hak membuat perjanjian dengan penguasa setempat
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman
kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah- rempah,
dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji
pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi
hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut
dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, pada tahun 1618,
Pangeran Jayakarta diserang oleh Kerajaan Banten. Kerajaan Banten di bantu oleh
Inggris.
Pada tanggal 30 Mei 1619, Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen, mengirimkan
tujuh belas buah kapal untuk menyerang dan memukul mundur pasukan Banten.
Pasukan Kerajaan Banten berhasil dikalahkan. Jan Pieterzon Coen kemudian
membangun kembali kota Jayakarta dan memberinya nama Batavia. Batavia
dijadikan pusat perdagangan dan kekuasaan Belanda dan Batavia juga resmi
dijadikan markas besar VOC di Indonesia. Dalam menghadapi kerajaan-kerajaan
Indonesia, Belanda melancarkan politik adu domba (devide et impera).
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat
besar dan utang yang dimilikinya berjumlah sangat besar. Hal ini juga diakibatkan
oleh:
- persaingan dagang dari bangsa Perancis dan Inggris,
- penduduk Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak
mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC
- perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan VOC,
- pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan akibat dari gaji yang diterimanya terlalu kecil,
- VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk memelihara
tentara dan pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untu memenuhi
pegawai daerah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan Madura.