BUNYI
Jika sebelumnya mempelajari tentang pengertian bunyi dan sifat-sifatnya, kali ini akan mempelajari komponen bunyi.
Tinggi Rendah Bunyi
Secara sederhana, tinggi rendahnya bunyi disebut nada. Kita bisa membedakan nada tinggi (misalnya suara peluit) dan nada rendah (misalnya suara detak jantung) dalam kehidupan sehari-hari.
Ada dua faktor utama yang memengaruhi tinggi rendahnya bunyi, yaitu:
Frekuensi
Pengertian: Frekuensi adalah jumlah getaran gelombang suara per detik. Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz).
Hubungan dengan nada:
Semakin cepat getarannya (frekuensi tinggi), maka bunyi yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin lambat getarannya (frekuensi rendah), maka bunyi yang dihasilkan akan semakin rendah.
Contoh: Karet gelang yang direntangkan dan dipetik akan menghasilkan bunyi. Jika karet direntangkan lebih tegang, getarannya akan lebih cepat sehingga bunyinya lebih tinggi. Sebaliknya, jika karet direntangkan lebih kendur, getarannya lebih lambat sehingga bunyinya lebih rendah.
Getaran
Pengertian: Getaran adalah gerakan bolak-balik yang teratur dari suatu benda.
Hubungan dengan nada:
Benda yang bergetar dengan cepat akan menghasilkan bunyi yang tinggi.
Benda yang bergetar dengan lambat akan menghasilkan bunyi yang rendah.
Contoh: Pukulan pada botol kaca yang berisi air dengan volume berbeda. Botol dengan sedikit air akan memiliki ruang udara yang lebih besar, sehingga getarannya lebih cepat dan menghasilkan bunyi yang lebih tinggi. Sebaliknya, botol yang terisi penuh air akan memiliki ruang udara yang lebih kecil, sehingga getarannya lebih lambat dan menghasilkan bunyi yang lebih rendah.
Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah ukuran seberapa kuat atau lemahnya suatu bunyi terdengar oleh telinga kita. Secara sederhana, ini adalah "kekuatan" dari bunyi itu sendiri. Kita bisa membandingkan suara bisikan yang sangat lemah dengan suara teriakan yang sangat kuat.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi intensitas bunyi:
Jarak dari Sumber Bunyi
Ini adalah faktor yang paling mudah dipahami.
Semakin dekat kita dengan sumber bunyi, maka bunyi akan terdengar semakin kuat (intensitasnya tinggi).
Semakin jauh kita dari sumber bunyi, maka bunyi akan terdengar semakin lemah (intensitasnya rendah).
Contoh: Ketika temanmu memanggil dari dekat, suaranya terdengar jelas dan kuat. Namun, jika dia memanggil dari kejauhan, suaranya akan terdengar lebih pelan atau bahkan tidak terdengar sama sekali.
Energi Getaran (Amplitudo)
Setiap bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar.
Amplitudo adalah seberapa besar getaran itu terjadi.
Semakin besar getaran suatu benda, maka energi yang dihasilkan juga semakin besar, dan bunyi yang terdengar akan semakin kuat.
Sebaliknya, semakin kecil getaran, maka energi yang dihasilkan juga kecil, dan bunyi yang terdengar akan semakin lemah.
Contoh:
Memukul gendang dengan keras akan menghasilkan getaran yang besar sehingga bunyinya sangat kuat.
Memukul gendang dengan pelan akan menghasilkan getaran yang kecil sehingga bunyinya lemah.
Satuan Pengukuran Intensitas Bunyi
Untuk mengukur seberapa kuat bunyi, digunakan satuan yang disebut desibel (disingkat dB). Semakin tinggi angka desibelnya, maka bunyi tersebut semakin kuat dan berbahaya bagi telinga.
0 dB adalah batas terendah bunyi yang masih bisa didengar oleh telinga manusia.
Contoh tingkat desibel dalam kehidupan sehari-hari:
Bisikan: sekitar 20 dB
Percakapan normal: sekitar 60 dB
Suara lalu lintas ramai: sekitar 70-80 dB
Suara mesin motor: sekitar 90-100 dB
Materi pada buku paket
Perbedaan Intensitas Bunyi dan Tinggi Rendahnya Bunyi
Penting untuk membedakan kedua konsep ini:
Intensitas Bunyi berkaitan dengan kuat-lemahnya bunyi (keras atau pelan), yang dipengaruhi oleh amplitudo getaran dan jarak.
Tinggi Rendahnya Bunyi berkaitan dengan nada (tiram atau melengking), yang dipengaruhi oleh frekuensi getaran.